Yang Terbaik Untuk Ibu

Apa yang bisa kita berikan untuk Ibu kita, seberapun besar hal itu, kita tak akan menyamai kasih sayangnya, Mungkin Puisi ini bisa sebagai kalimah yang tak akan bisa diungkapkan.

Cinta Itu Sederhana

Kadang kita terlalu berlebihan menanggapi cinta seolah bisa merubah kita menjadi dewa, dan sering juga terlalu menangisi jika sakit karenanya. Cinta tak pernah sesulit itu.

Tempat Terindah Wanita

Seharusnya mereka berada di sisi terhangat dunia.

Sujud-sujud untuk Cinta

Cinta tak jarang membuat kita salah arah, cinta kadang terlalu berlebihan berada dipuncak melebihi segalanya. Sejenak saja puisi ini mencoba mengajak untuk mensujudkan cinta dihadapanNya.

Wanita Tanpa Pilihan

Banyak yang menganggap mereka sebelah mata, puisi ini mencoba merambah sisi dari lubuk hati paling dalam dari wanita-wanita senja.

Saturday 30 June 2012

PERTARUHAN



Pertaruhan

Geragap terbelalak mata telat tiba
Tersandung kaki kering melangkah
Pijakanku kini turut lari
Dua pintu terbuka menunggu
Satu berjalan jauh jemput lilin tuah
Dua melangkah sejenak ditemui batu
Ah! Kurantai hati diam termangu

Dua pintu terbuka mendekat
Saling tabur janji terbasuh madu
Setan dan malaikat sama membelai
Oh! aku semut kecil
Terpencil, tak tau jalan pulang

Dua pintu terbuka menutup
Waktu melompat mendahuluiku
Sedetik tak pilih, selama tak berarti
Ah! Hatiku nyaman mau terpaku
Bersiap bekal perjalanan penjuru

Pintu dua tutup lebih dulu
Pergi! Bertaruh ke pintu satu

Friday 29 June 2012

AKU DAN GEMURUH BATU


Aku Dan Gemuruh Batu

Terentang tatap langit berbatu
Mengabadikan hati pada angin berserak
Teriak kerongkonganku basah darah
Mengacak, mengoyak jiwa renta
Mencabik, bajik nurani berkaca
Sekitar berontak melumat pandang
Apa ini tundunan ingkar tersemai
Ramai bebani kaki tua melanglang?
Ah! sebelumnya aku juga patung
Tanpa rupa, di dalam berrongga

Telentang tatap langit berbatu
Ragaku usang dimaki mentari
Tercecer dikoyak srigala pagi
Belulang kering di setumpuk abu
Biar! biar bayangku menculikku
Jadi arang sekali-lalu pergi

Thursday 28 June 2012

JALAN PERADUAN


Jalan  Peraduan

Kami adalah anak dari pelangi
Meraih hari angan digantung bersama
Di butir hujan kami tumbuh
Selama mendung mengikat erat darah
Hujan tak pernah reda

Kami adalah jamuan dari satu tungku
Disesaki banyak aroma rasa
Disajikan dalam satu wadah cita

Kini terik mentari mengucilkan awan
Tubuh kami harus terpecah
Tangan-tangan kami rela tak tergelung
Rantai-rantai di lengan harus tercerai
Gemulai, membelai, lalu terkulai

Jalan kami kini bersimpang
Setapak akan tak saling nampak
Aku berdiri saat kau berbincang mimpi
Kau berbincang mimpi saat aku berdiri
Indah sekali, serasi

Memandang kini dari seberang
Tapi mengayuh ke satu pelabuhan
Beradu, berseru kita menuju

Wednesday 27 June 2012

KIRANA SENJA



Kirana Senja

Malam bergumul berbincang mengenai kita
Mereka tertawa menghina rendah
Sebab lama sudah kita tak terhimpun
Sebab kita tak seladang, tak serumpun
Malam kian ceria mencaci hati

Dingin diberikan sebagai selimut siksa
Dirajut, ditali agar nurani membeku

Senja datang berteduh dihalaman kita
Bulan membawakan kita bayang semu
Menidurkan berbantal mimpi kelabu

Lihat! lihat jendelanya masih terbuka
Lihat! lihat lampu latar belum jua nyala
Mentari belum menutup kelambu
Lihat! lihatlah sekali lagi

Kirana masih ada dalam malam-mencekam
Meski tak dapat kita lihat bercahaya
Kirana tengah berdoa

GURAU DI MUSIM KEMARAU


Gurau di Musim Kemarau

Sebaur senyum di siang hari
Meski memikul bumi terbebani peluh
Kelu-kesah, tertawa kian jadinya
Mati rasa raga, terpenuhi dahaga jiwa
Mati tubuh-hidup ruh

Dihimpit
Diterjang
Ditindih
Masih menyeringai
Masih tergelak
Masih gembira

Deras hujan tak kunjung tiba
Hingga kering raga terkuliti terik
Menghujam kerongkongan dengan beriak
Tapi masih-terus terbahak
Para jenaka di padang pasir

Ambil segala dari jasad kami
Tapi tak bisa diambil semangat kami
Kami bergurau, di musim kemarau

Tuesday 26 June 2012

SABUNG 1 LAWAN 1000


Sabung 1 lawan 1000

Putih teraduk dalam lautan hitam
Belulang suci dikoyak gerombolan srigala malam
Salju diantara padang, meriang
Mengaduh, meleleh dalam beringsang

Embun di siang hari terbakar api
Satu lilin harapan, diguyur hujan

Yang benar teriak di ruang hampa
Berbisik pada yang tuli
Bergandengan sendiri dengan bayang

Yang salah berkumpul menegak anggur
Disuling dari keringat bau dosa
Nyaman berkemul senja

Serdadu satu berbekal nyawa
Berdiri tegar didepan ribuan singa
Siapa jawara pertempuran kekal?

Bukan sebab seribu menyematkan
Lantas yang salah jadi benar
Meski langka, tak berarti ia punah

Sunday 24 June 2012

KERANDA WAKTU




Keranda Waktu

Hari berjalan menuju pangkal tiada
Merujuk, membujuk memakan rembulan
Digotong iringan sama-rata menapak
Semakin samar aroma kembang nirwana

Sekian selangkah jadi tiada guna

Yang dijejak rapuh
Yang diinjak keluh
Yang disandar pudar
Yang dilihat nanar

Kita berlari menuju kuburan jagat
Jiwa buta, tapi terbahak gempita
Detik-detik tak lagi membelai perjalanan
Tergesa mematikan langkah buana

Tuesday 19 June 2012

KERETA DUA RODA





Kereta Dua Roda

Beruntut dalam mengaum senja
Seribu jiwa terhanyut, turut
Melekat raga hangat, dekat-dekat
Inikah ruang tali jema'at
Bersama dalam sesak-satu wadah?

Ehm! Kereta berjalan mengalun
Rapat rel membujur bergandengan

Ehm! kereta berlari lirih
Hati kita?
Merintih, tersenyum
Meriang, riang
Bersuci, bernafsu
Setara rupanya.

Oh! Kereta berjalan dua roda
Rata sebelah-sebelah

Monday 18 June 2012

JEREMBA CINTA





Jeremba Cinta

Jauh-jauh nampak dipeluk
Sungai peluh sering ditekuk
Suram, padam lampu temaram

Surya terantuk, jagat melebar
Tak sampai pipi untuk dikecup rembulan

Bertatap pada hati pangku peduli
Sepi, sunyi, hening
Merantai batin tersuap senyap

Oh, persinggahanku di ujung rel kereta
Tak tau ujung berlabuh, terseret kadar
Biarkan! Lepaskan!
Pasrah, hanya mampu menengadah

Percaya! daya seluruh
Gapai segala dalam doa
Termasuk jua lengan-lengan cinta

Sunday 17 June 2012

PELANGI HITAM-PUTIH




Pelangi HItam-Putih

paksakan lukisan merah darah
guratkan luka parah bernanah
sayat kanvas terobek, tercabik!

tancapkan pisau di ukiran
ukir sampai debu bersekutu
butiran sendu tercecer rata
pemahat kekal tertawa, terisak

tinta hujan rintik bertabur
ukiran, rintik sama-pula
oh hitam-oh putih
bersatu kawan dalam pelangi

GETIR


Getir

Kata serupa sampah di dunia
Berserakan pada latar kering kerontang
Enggan disapu, malah makin rancu
Ah! sekalian serakan saja selama
Toh, biar hilang aroma bunda

Kata serupa sampah jadikan tuli
Diam, bisu!
Gagu, kelu!
Bicaralah! tapi percuma buang asa
Raga makin patah-patah
Urat terbungkus lalu punah
Hening, tapi beriak
Sunyi, tapi berteriak

Mereka peduli lalu mati
Mereka hidup tapi tak bernyali

Monday 11 June 2012

SAMPUL HATIMU


Sampul Hatimu

Sungguh aku dapat menatapmu
Hingga surutnya semesta ku tak jemu
Kirana jingga di kebun hatimu
lahan menanam cinta kudusku

Tak gugur bunga dalam pandangku
Didepanmu pelangi malu membiru
Warnanya jadi nampak pudar
Karena kilaumu di sampingnya kian berpendar

Kecantikanmu bukan di lukisan parasmu
Melainkan goresan senyum ceriamu
Keluwesan bukan di belai tanganmu
Melainkan pelukan sejuta empatimu
Cahaya bukan di mata indahmu
Melainkan tatapan perhatianmu
Keelokan bukan karena bibir merahmu
Melainkan lembut tutur katamu
Keagunggan bukan di penampilanmu
Melainkan dalamnya kebijakanmu

Aku tak menatapmu di sampul ragamu yang rusuh
Yang seiring waktu kian melepuh
Tapi aku memandangmu di sampul hatimu
Kelambu nirmala pelindung kasihku

Sunday 10 June 2012

DEBU




Debu

Merambatku melalui angin nafasmu
Terbangku dalam hela hidupmu
Butamu dalam kabutku
Terengahmu dalam selimutku
Berputar dalam pekat gulita
Menari di mentari menggoda
Seperti serpihan kaca pecah menggebu
Hilang gemilang dalam lintang
Cintaku seperti sebutir debu
Kecil menawan namun berbayang

GUBUK BERTAHTA CINTA



Gubuk Bertahta Cinta

Aku tidak berada di dunia
Karenanya aku tak punya asa
Menjanjikanmu sebuah istana
Atau sekedar rumah sederhana

Aku hanya berjalan di atasnya
Mengambang dalam peraduannya
Tak berpijak pada surga
Tak tenggelam pula di neraka

Aku tak mampu meriasmu
Dengan berlian di sekujur parasmu
Tidak juga rantai berbias kaca
Atau bahkan batu penuh warna
Tapi sungguh aku lebih takjub
Paras lugumu yang tak pernah redup

Aku tak mampu membawakanmu wisma
Yang bertahta di atas nirwana
Tapi aku punya secuil gubuk
Berdiri di atas doa dan cinta
Hingga akhir tak pernah lapuk
Karena berkah dan ridhoNya

Saturday 9 June 2012

MENGHAPUS JAUH



Menghapus Jauh

aku tahu kini cintaku di seberang
berada pada jalan liku bercabang
berdiri di pelataran puncak hati
hanya melambai ke arah ruang sanubari

menggapaimu kini tak sejalan hari
menatapmu hanya di cermin mimpi
bergandeng rindu yang merasuki
bersama parasmu elok teresapi

aku tau asaku hanya di kalbu
jiwaku terpaku erat di batu
tapi aku petapa tua di hatimu
bersila melamunkan senyummu

aku memang tak di sisimu
tapi bayangmu adalah ruhku
aku memang tak bisa menjagamu
tapi doaku selalu jadi pengawalmu

dunia terkadang terlampau lebar
hingga kita tumbuh tak satu akar
tapi kita kan menggapai mentari bersama
dan menuai buah cinta suci beraroma

dunia memang bukan milik kita
terkadang jarak kejam memisahkan
tapi sayangku adalah pelita
cahaya kasih yang menemukan jalan

meski memandangmu nanar sungguh
mataku tak pernah menggerutu
karena tatapan batinku menghapus jauh
dan jeda yang membuat kita bersatu

Friday 8 June 2012

BARISAN SAMPAH PEMUDA




Barisan Suampah Pemuda

Dibalik pena yang terlampau basah
Kau guratkan sajak tak bertuah
Menghujani dengan lirik desah
Madah dari antah berantah

Dibalik wajah sebuah sinema
Kau tuturkan kisah tanpa rupa
Kau hidupkan sosok tanpa amanah
Lahir ribuan cerita tanpa hikmah

Dibalik kursi tahta berilmu
Kau buang waktu menjadi debu
Kau warnai gelora kian menggebu
Bertumpuklah buku bersampul kelu

Dibalik doa beralas sajadah
Kau panjat pinta tanpa ibadah
Kau harap dunia takjub menatapmu
Terjawablah dengan restu bisu

Dibalik dunia yang bergulir
Kau hanya bebal ikut mengalir
Meski neraka telah menjadi musim
Kau mengikutinya dengan lazim

Dibalik limpahan barisan pincang
Negeri ini retak kian tergoncang
Merdeka tak lagi beraroma
Mengisinya hanya sebuah gema

Tak ingatkah kau sumpah pemuda
Kini ditanganmu telah menjadi sampah