Yang Terbaik Untuk Ibu

Apa yang bisa kita berikan untuk Ibu kita, seberapun besar hal itu, kita tak akan menyamai kasih sayangnya, Mungkin Puisi ini bisa sebagai kalimah yang tak akan bisa diungkapkan.

Cinta Itu Sederhana

Kadang kita terlalu berlebihan menanggapi cinta seolah bisa merubah kita menjadi dewa, dan sering juga terlalu menangisi jika sakit karenanya. Cinta tak pernah sesulit itu.

Tempat Terindah Wanita

Seharusnya mereka berada di sisi terhangat dunia.

Sujud-sujud untuk Cinta

Cinta tak jarang membuat kita salah arah, cinta kadang terlalu berlebihan berada dipuncak melebihi segalanya. Sejenak saja puisi ini mencoba mengajak untuk mensujudkan cinta dihadapanNya.

Wanita Tanpa Pilihan

Banyak yang menganggap mereka sebelah mata, puisi ini mencoba merambah sisi dari lubuk hati paling dalam dari wanita-wanita senja.

Monday 30 July 2012

BA'DA


Ba'da

Ramai berkunjung kala senja
Menyantap hidangan sisa-sisa
Terbangun kala akhir mendekat-lekat
Sejenak terbelalak lalu segera terpejam
Bersujud tak lagi pada waktunya
Sesal merayapi jiwa kian kusut
Tangis, tak surut
Duka, terbalut
Wajah, kian berkerut
Tinggal tunggu mati dikoyak usia
Tinggal tunggu kubur dicabik umur

Mau kita tercincang oleh dosa
Dan hina belum sempat kita urai?
Mau kita terlabur pekat rusuh

Hingga berkerak tak sempat terbasuh?

GELADAK SILU


Geladak Silu

Ruang berhimpit berjajaran goyah
Tersapu angin setitik hendak rebah
Kamar menuai dan melipat rindu
Tertata tumpuk banyangmu berjubal
Tumpah ruah senyum menyesak

Duduk melamun segera terbangun
Disempiti angan lampau bergoyang
Dikerjar badai depan tunggang langgang
Aku di bilik tak beratap
Tak berdinding

Ruang berhimpit berjajaran harap
Beringsut selangkah, sekali memapah
Laluan rahasia masih terbekap
Ku gandeng kau untuk singkap
Mimpi terpendam kelak tumbuh
Dedaunan berembun nanti merantai jari

Aku di bilik meminta

Mengharap!

Saturday 21 July 2012

PURNAMA EMPAT WARNA


Purnama Empat Warna

satu
hari bermain dalam logika
menggoda setiap angka dan meriasnya
menanamkan dalam jiwa lebih muda
belai lembut sang petuah
jadi pahlawan di padang pasir
dipuja diangkat diatas perut lapar

Dua
hari bermain dalam warna
goresan kuas pada jalan hidup
padanan pelangi dalam hati
ditebar dalam pandang wangi

Tiga
hari bermain dalam kata
tumpukan sajak di lemari sastra
luapan emosi pujangga kelana
gurindam pengantar hidup-mati

Empat
Hari bermain dalam peluh
berjubal segala dalam imaji
kembangkan layar dunia maya
menyelam penuh bahtera jiwa


Ah! Purnama lebih indah empat warna

Friday 20 July 2012

BULAN TAK BERTUAN



Bulan tak Bertuan

Langit telah bertanda, untuk kita
Bercak merah jingga warna setara
Lagu lama sekarang ulang dinyanyikan
Kepala sujud-sujud dalam rumah Tuhan

Niat menyuci dari kotor nafsu
Meluluhkan segala dosa tubuh
Tapi esok pupuk lagi rusuh hati
Tabur kerikil diantara debu
Lama jadi Batu, berat disapu

Niat menyuci kotor lainya
Otot kekar dan amarah dihunus
Yang masih kotor dihancur, diluluh
Menjadi pahlawan menuntut bayaran
Merasa benar diatas durja
Gelagat para iblis bermuka dua

Niat menyuci kotor bangsa
Berteriak atas nama Tuhan
Tapi berperilaku seperti setan
Ingin memeluk semua jadi satu
Tapi tangan selempangkan senjata

Ah! Malam khusuk dalam taubah
Siang bodoh ikut berangkara


Siapa tuan punya bulan?

Thursday 19 July 2012

GEMERCIK SUARA HATI



Gemercik Suara Hati

Entah sejauh nampak tak teraba
Sembunyi di balik putaran bumi
Tak terjamah dipeluk mata
Terpejam untuk ingin bersua
Merajut jendela sembari mengintip
Kenangan kecil kala kau berbisik

Lama kita di dalam senja
Hingga mentari mengusir mimpi
Ah! suaramu masih kurindu, kini sayup
Lirih sekali, sirna sudah sama kirana

Ranting pagi hari telah berbincang
Teriakan angin makin mengencang
Sama hati ingin ku terbangkan
Tuturku selembut kabut menyapa
Engkau yang melangkah, jangan lelah

Tuesday 17 July 2012

MIMPI ANAK JALANAN



Mimpi Anak Jalanan

Terkadang kami gelisah acap lupa
Mana mimpi, mana yang nyata
Kadang kami merasa dalam rumah mewah
Menyantap sajian nikmat bersama
Hingga ketika kami harus pergi tidur
Dan bermimpi di tengah jalanan
Menopang terik dengan asongan

Dalam gelap sering kami berharap
Esok kami tak bangun lagi
Sudah cukup kami dengan mimpi

Tak perlu lagi sang raja melihat
Toh hanya peduli bergelagat
Nyenyaklah kau dengan istana

Tak perlu lagi pengawal menghardik
Karna kotoran atau bau badan kami
Butalah, laksanakan saja perintah

Tak perlu lagi bangsawan beramal
Dengan harta bukan dari peluhnya
Tumpuk hartamu jadi liang lahatmu

Tak perlu lagi emak, bapak bersedih
Terima kasih atas segala doa
Kami hendak bermimpi, tak kembali

Monday 16 July 2012

TUMBUH



Tumbuh

Lagi, waktu pergi tanpa peduli
tinggal jabat tangan kita erat
Kawan!
kemarin nampak kita begitu mungil
bermain air dan mengembara di sawah
kini, harus membelah angin sendiri
menyingkirkan badai sembari berlari

Lagi, waktu semakin bermain misteri
tinggal kenangan kita sama punya cita
teman!
esok kita tak tau siapa yang datang
dengan siapa hendak berbincang
mengenai hidupku, hidupmu, hidup kita

Lagi, waktu tak dapat dipelajari
tinggal lelah kita makin menjadi
Sobat!
esok siapa yang lekas pergi?
dan yang lain merancu hati

Ah! waktu berlalu, tinggal tunggu

Saturday 14 July 2012

PELUH





Peluh

Gantungan rembulan mulai rapuh
Pijakan pepohonan kini retak tergeletak
Kini benih harus tumbuh di tanah asing
Menopang seringai mentari sendiri

Sepi, gelap, purnama telat tiba
Seraya menancap akar di tanah berbatu
Seraya menatap pelangi kian menjauh

Ah! Terengah aku dikerjar bayangan cermin

Tuesday 10 July 2012

ROMPAL


Rompal

Setumpuk dibangun dari debu
Disiram dipupuk tangan lunglai
Kokoh berdiri lalu tetap saja luluh
Raga tumbuh ditopang jiwa dini
Rambut beruban diatas kepala bayi

Setumpuk dirajut dari angin
Dilipat lekat agar tak tercerai
Serantai bersatu namun berserak
Diikat setali namun tak satu hati
Kelambu diluar jendela pagi

Ah! semua yang satu jadi seribu
Yang berakar kencang kini lepuh

Beda jadi senjata pembinasa
Serempak untuk tak kompak
Sampai kapan kita tak jua dewasa?

Sunday 8 July 2012

SAJAK BUAT PACARKU



Sajak Buat Pacarku

Kau kasihku, ketahuilah!
kala kau berjalan jangan kau tekan
jalanan keras bukan kita punya
berjalanlah tapi jangan menapak
mata angin kini buta
tarik nafas lalu tenggelamlah

kau kasihku, sadarilah!
pintu dibelakangmu tutupi
jendela jingga itu tak lagi mengintip
ke depan kau harus tuju
masa lalu jilid jadikan buku
sejarah untuk kelak kita telaah

kau kasihku, berlarilah!
panorama itu mengajak turut
hentak langkah sembari doa
dulu berdiri, kini berlari
lari
lari
lari
kesini kau untuk henti

PEMUDA TINGGAL TULANG





Pemuda Tinggal Tulang

Padamkan unggunnan api hura
Pendam gelora dengan debu merah
Jangan gerutu seolah cuma kau layu
Lempar saja hatimu untuk umpan
Biar anjing lapar nyenyak makan

Nanti, juga tak berarti kau hidup
Lama pula tinggal tunggu redup
Sayup, meletup lalu menutup keras

Sekarang nafas tiada guna
Kau hirup udara dan buang percuma
Keringat menetes saja di bayangmu
Hidup untuk hidupmu, buang yang lain

Lantas turut kabut hanya berjubal
Dengan nasehat, amanat kau kebal
Raga menjulang gagah jiwa bungkuk renta

Matikan saja sekali sudah nyawamu
Biar terpanggang di cabik api tanpa peduli
Lalu serakkan belulang-merentang

Friday 6 July 2012

LAMUNAN


Lamunan

Berdiri aku sembari menarik hati
Serupa angin bertabur buih
Laku mimpi selalu hadir engkau
Di pantai putih kita bersuci
Menjamu malaikat dan bidadari
Di bawah barisan pohon kelapa, berpesta

Ku ajak kau mengaitkan pelangi
Rintik gerimis nyanyi dengan kita
Ah engkau terlampau manis
Manjamu kian mengaduk imaji
Awan menghimpit, bayang kita terangkul
Ombak berdesir mengikis peluh
Jadi kita penguasa bahtera cinta

Kau dan aku jadi satu di semalam
Lantas sengat mentari sadarkan aku
Oh anganku, jadilah Doaku
Oh harapku padaMu, kabulkanlah

SAJAK SURAM



Sajak Suram

Kuburan di langit langit
Nisan di atas neraka
Memendam selama rembulan
Mencerna tatapan berduka-ria
Menyantap jiwa bersama tulangnya
Bersisa darah di atas puri
Ditenggak kerongkongan patah

Kuburan di dalam istana
Terbakar robek jilatan api
Noda, najis, membasuh padam
Kenyang telah dengan sampah

Rasakan! kita tak ada atap
Kuburkan! dalam tanah merah padat